SINOPSIS SANG PEMIMPI
Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi "Laskar Pelangi". Sesuai dengan judulnya, buku ini berkisah tentang sekelompok anak kampung yang berani menggantungkan cita-citanya di bulan dan mengejar mimpinya: ingin sekolah ke Prancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin mereka di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.
Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi "Laskar Pelangi". Sesuai dengan judulnya, buku ini berkisah tentang sekelompok anak kampung yang berani menggantungkan cita-citanya di bulan dan mengejar mimpinya: ingin sekolah ke Prancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin mereka di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika.
Ikal, Arai, dan adalah lakon utama dalam novel ini. Mereka memiliki seorang teman bernama Jimbron. Mereka bertiga adalah para pemimpi. Karena masih punya mimpilah mereka masih tetap bersemangat menjalani hidupnya yang berat. Baik itu mimpi tentang pencapaian masa depan, ataupun mimpi tentang lawan jenis. Selama masih bisa bermimpi, selama itulah masih ada harapan yang perlu diperjuangkan.
Mereka bersekolah di sebuah SMA Negeri, satu-satunya SMA Negeri di Belitong, terletak di sebuah kota pelabuhan bernama Magai, 30 kilometer dari kampung Ikal. Disana mereka mendapatkan seorang guru sastra sekaligus kepala sekolah yang menginspirasi mereka untuk memiliki mimpi dan cita-cita pergi kuliah di University de Paris, Sourbone. Bagi Ikal dan Arai cita-cita ini adalah sebuah energi yang membakar semua semangat mereka menjadi kekuatan untuk mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki. Tapi bagi Jimbron, hanya kuda yang menjadi isi dari seluruh hidupnya.
Mereka bertiga tinggal bersama di sebuah los kontrakan di dermaga sebuah pelabuhan. Untuk bisa tetap makan, mereka harus bekerja serabutan sepulang sekolah. Pekerjaan rutin yang sering mereka lakukan setiap hari adalah menjadi 'kuli ngambat'. Dengan modal sebilah bambu, dimulai pada pukul dua hingga pukul lima pagi, mereka mengangkut ikan dari perahu-perahu para nelayan ke pasar ikan. Setelah itu mereka harus buru-buru pergi ke sekolah dengan tubuh yang masih berbau ikan pari.
Ada satu waktu, ketika Ikal kehilangan harapan. Saat ia menjadi dilematis bahwa masa depannya hanyalah akan seperti orang-orang dewasa yang ada disekelilingnya. Saat itulah ia kehilangan mimpinya dan tidak lagi bersemangat melakukan apapun. Tapi untunglah Arai adalah pemimpi yang konsisten, ia memberikan nasihat dan gertakan pada Ikal, sehingga Ikal pun bisa melambungkan mimpinya kembali. "Kita tak'kan pernah mendahului nasib!"
Setelah melewati banyak cerita yang mengejutkan dan melelahkan, akhirnya, novel ini ditutup dengan kisah bahagia, setelah Ikal dan Arai sukses menjadi sarjana, mereka menerima beasiswa melanjutkan kuliah S2 di Univesity’ de Paris, Sorbonne, Prancis. Ikal mendapat beasiswa prestasi untuk penemuan teori ekonomi yang sama sekali tak terpikirkan oleh dosennya. Begitu juga dengan Arai.
SINOPSIS SANG ALKEMIS
Dikisahkan perjalanan seorang pemuda penggembala bernama Santiago dari Andalusia dalam mewujudkan legenda pribadinya yaitu mencari harta karun di dekat piramida di Mesir. Ketika ia sedang tidur di bawah pohon di Andalusia, ia bermimpi tentang perjalannya ke piramida Mesir dan mendapatkan harta karun. Demi mewujudkan impiannya dari Eropa ia menyebrang ke Afrika.
Dikisahkan perjalanan seorang pemuda penggembala bernama Santiago dari Andalusia dalam mewujudkan legenda pribadinya yaitu mencari harta karun di dekat piramida di Mesir. Ketika ia sedang tidur di bawah pohon di Andalusia, ia bermimpi tentang perjalannya ke piramida Mesir dan mendapatkan harta karun. Demi mewujudkan impiannya dari Eropa ia menyebrang ke Afrika.
Dalam perjalanannya, Santiago menemui banyak hambatan yang sempat membuat dirinya gentar. Perjalanannya ke piramida harus melewati gurun dan dalam novel ini gurun melambangkan cobaan yang harus dilalui dalam meraih cita-cita. Ia sempat tertipu dan kehabisan uang, terjebak dalam perang antar suku di gurun, kudanya disita dan ia pun sempat ditahan oleh orang-orang gurun dan bertemu para perompak di Mesir.
Tetapi hambatan dan godaan-godaan itu sebenarnya juga datang dari dirinya sendiri. Ia hampir tergoda untuk mengurungkan niatnya dan kembali ke Andalusia. Atas anjuran si penjual kristal ia pun kembali mengajar mimpinya. Santiago juga hampir tergoda untuk pulang kembali ke Andalusia serta tidak melanjutkan perjuangannya ketika ia merasakan kenyamanan di daerah oase dan bertemu dengan gadis gurun.
Di akhir cerita, Santiago mewujudkan mimpinya sampai di piramida di Mesir. Tapi ia tak menemukan harta itu di sana. Ti tempat itu ia malah dirampok. Pemimpin perampok menertawakannya ketika Santiago menceritakan mimpinya. Pemimpin perampok itu pun bercerita bahwa ia pun bermimpi menemukan harta karun di sebuah pohon di Andalusia. Santiago pun kembali ke Andalusia dan menemukan harta karun yang terpendam di bawah pohon sycamore, tempat ia biasa menggembala.
Sawerigading.
Pandangan yang menyatakan bahwa cerita Sawerigading
mempunyai nilai sejarah, yaitu adanya kronik di Bone, Soppeng yang
menyatakan bahwa raja pertama mereka adalah Tomanurung yang
bersumber dari keturunan Sawerigading. Demikian pula kaum
bangsawan di Sulawesi Selatan, termasuk Luwu, menganggap bahwa La
Galigo dan Sawerigading adalah nenek-moyang mereka. Dalam silsilah
raja-raj di Sulawesi Selatan [Lontara Pangoriseng], di puncak silsilah itu
terdapat tokoh-tokoh La Galigo, Sawerigadin, Batara Lattu’ dan Batara
Guru. Menurut Mills, yang menciptakan silsilah itu raja-raja itu sendiri
untuk memperoleh legitimasi magis-religius yang menurut dugaan
meniru model-model kronik Jawa. Sebenarnya mereka tidak menyebut
tokoh Sawerigading sebagai tokoh sejarah , tetapi mereka mengklaim
bahwa tokoh-tokoh itu benar-benar ada, walaupun sebagian besar
ceritanya adalah fiksi.
Cerita Sawerigading dianggap sebagai karya sastra oleh beberapa
tokoh antara lain Raffles, Matthes, R.A. Kern, A. Zainal Abidin Farid,
cerita Sawerigading adalah sastra kuno yang dianggap suci oleh Bugis
tetapi bukan sejarah. Demikian pula Fachruddin menganggap Sure’
Galigo adalah sastra suci.
Nilai-nilai Budaya dalam Cerita Sawerigading
Dalam cerita Sawerigading dapat diungkap beberapa nilai
budaya antara lain : nilai religius, sistem kepercayaan pra-Islam yang
menggambarkan dunia gaib dan konsep kejadian manusia. Dalam cerita
ini digambarkan bahwa dunia gaib adalah dunia dewa-dewa di langit, di
bumi [ mulatau ] yang keturunan dewa-dewa. Seiring dengan
perkembangan Islam dan agama lain di Luwu, maka nilai religius dari
cerita ini lambat laun akan mengalami kepunahan, karena tidak sesuai
lagi dengan perkembangan masyarakat.
Beberapa kepentingan cerita itu dalam kajian ilmu-ilmu sosial
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Nilai sejarah dalam cerita Sawerigading dapat dilihat faktanya dengan
adanya silsilah raja-raja di Sulawesi Selatan yang menghubungkan
keturunan mereka dari Sawerigading. Namun demikian fakta sejarah
ini perlu mengalami telaah kritis dengan memilah-milah antara fakta
sejarah dengan cerita mitos yang telah diselipkan dalam penyusunan
silsilah tersebut.
b. Nilai mitos dan legenda sangat dominan dalam mewarnai cerita
Sawerigading. Terbukti dengan alur cerita, tokoh cerita tempat dan
peristiwa cerita, sesuai dengan ciri-ciri yang dikategorikan cerita
mitos dan legenda.
c. Walaupun cerita ini kurang bernilai sejarah dan lebih dominan
bernilai mitos dan legenda, tetapi cerita ini dapat membantu dalam
pengungkapan bukti-bukti yang bernilai arkeologis dalam merekonstruksi
sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan.
d. Semboyan daerah Luwu sebagai bumi Sawerigading, artinya
masyarakat Luwu mengidentifikasikan jati diri mereka dengan
seorang tokoh mitologis agar dapat mempunyai implikasi positif.
Mungkin dapat di bandingkan dengan menyebut Irak sebagai bumi
Abunawas.